Melawan Limit, Berkreasi Lebih Vivid Bersama ASUS Vivobook Pro 14 Oled – Bismillah…
Tiba-tiba ingatan saya melayang pada sebuah situasi 8 tahun lalu. Hari itu, beliau menanyakan sekali lagi apakah saya akan bekerja setelah melahirkan atau tidak. Tapi entah kenapa pertanyaan kali ini sangat membekas,
“Fika, kamu nanti kerja lagi, kan? Sayang ijazah, orangtua capek-capek menguliahkan, masa sekarang gak kerja?”.
Degh!
Sebuah kalimat deras mengalir, menohok. Ah, pertanyaan itu lagi, tapi kali ini sangat eksplisit. Seakan posisi saya yang tidak bekerja adalah sebuah perbuatan tercela yang harus segera diperbaiki.
Tapi tidak ada jawaban yang keluar karena lidah terlalu kaku. Saya cuma bisa mengangguk dan tersenyum kecut. Untung bukan mama sendiri, kalau mama sudah pasti saya jawab dengan argumen panjang lebar. Ups…
Tidak ada yang tau tentang masa depan. Pun saya juga tidak menyangka akan dibawa merantau oleh suami, padahal rumah orangtua kami berdua hanya berjarak 10 km.
Keinginan mengajar kembali ke sekolah jadi memudar saat suami mengajak pindah kota, karena tempat yang baru sudah pasti tidak senyaman di kampung halaman. Semua terasa asing, lalu bagaimana bisa saya menitipkan anak di tempat yang saya sendiri masih asing dengannya?
Sejak saat itu saya putar balik, mengambil jalan lain, mencoba berjualan agar bisa menghasilkan sedikit uang tapi tetap bersama anak. Mulai dari berjualan baju sampai cemilan. Sayangnya itu tidak bertahan lama karena saya melahirkan anak kedua. Dan yang paling utama: saya gak bakat berdagang.
Dengan kondisi kelelahan mengurus 2 anak kecil (karena saya juga ada riwayat osteoarthtritis di kehamilan pertama), jauh dari sanak saudara, dan menstigma diri sendiri tidak berdaya karena tidak bekerja, membuat saya tertekan dan akhirnya terkena syndrom baby blues dan depresi paska lahir. Sedih sekali kalau saya harus menceritakan kembali masa kelam itu. 2016, the dark side of my life.
2017, kemudian saya bertemu dengan sebuah aktivitas baru: blogging.
Tahun itu, bisa dibilang menjadi momentum awal saya mulai menulis “dengan niat”, menumpahkan segenap rasa yang saya pendam bagai bom waktu. Ya, itulah momen-momen pertama saya merasakan self healing dengan menulis. Rasanya seperti saya bisa berkomunikasi dengan sisi lain dari diri saya yang terpuruk, memintanya untuk kuat dan terus berdoa.
Hingga pada 2018 saya mengabadikan cerita depresi itu dalam sebuah karya yang dilombakan. Alhamdulillah cerita itu akhirnya bisa ikut meramaikan buku antologi yang diselenggarakan oleh KEB dan DivaPress.
Saat itulah saya memutuskan untuk bekerja sambilan menjadi blogger, sekaligus menyalurkan hobi menulis. Pelan-pelan, kepercayaan diri saya mulai meningkat.
Saya merasa punya value yang selama ini saya cari. Dan karena value itu saya yang semula mengasihani diri sendiri -karena berulang kali dipandang sebelah mata karena jobless, sekarang mulai menghargai diri saya.
Dan tahun ini, akhirnya si blogger amatiran ini memenangkan beberapa lomba blog. Sebuah pencapaian yang sangat berharga. Yang biasanya dulu selalu melihat nama blogger lain terpampang, kali ini nama saya mencicip “naik ke podium”. Alhamdulillah, atas izin Allah.
******
(“Fik, itu si I teman SD mu lulus PNS ya?
“Oh, iya, Pak. Habis lulus langsung nikah dia. Alhamdulillah banget”
“Hebat dia ya, pas sekolah biasa aja, sekarang jadi PNS“
Kenapa harus ada penekanan nada di kalimat itu? Apakah karena aku sebaliknya?
***
“Dimana kamu sekarang, Fik?”
“Di Palangka, Bu”
“Jadi dokter di rumah sakit sana??”
“Eh, saya gak kuliah di kedokteran, Bu”
“Oh, terus kerja apa?”
“Di rumah aja, Bu”
Lalu hening….
***
Dulu berprestasi, ekspektasi sudah tinggi, ternyata sekarang gak kerja apa-apa.
Bertahun-tahun terstigma seperti itu, antibodi -ku terbentuk. Aku sudah kebal. Ingin sekali aku menghibur diri, tidak bekerja tidak apa-apa, tidak PNS bukan akhir dunia, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk banyak orang).
Ingin sekali aku menghibur diri, tidak bekerja tidak apa-apa, tidak ASN bukan akhir dunia, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang banyak.
Orangtua gen X alias orangtua kelahiran 1965 – 1980 sepertinya memang masih meng-anak-emas-kan ASN. Padahal zaman digital seperti sekarang peluang kerja tidak harus jadi ASN, bahkan sekarang bekerja tidak harus ke luar rumah dan berseragam kantor.
Dan ya, itulah yang dikerjakan banyak orang sekarang: pekerjaan digital. Pekerjaan yang juga saya lakoni sekarang. Yang mungkin masih dianggap pekerjaan “ghaib” bagi gen X alias masih dianggap gak punya pekerjaan.
Hohoho, baiklah. Saya sebenarnya tidak ingin baper lagi karena itu sudah jauh di belakang. Yang ingin saya lakukan sekarang adalah terus mengayuh sepeda agar tidak terjatuh lagi.
Setelah saya bergumul 5 tahun di dunia blogging, tahun ini saya ingin mencoba hal baru -yang sebenarnya udah gak baru-baru banget-, yaitu menjadi vlogger.
Merambah dunia vlog bagi saya adalah sesuatu yang menantang. Belajar filming dan editing dengan otodidak dari tutorial para senior di YouTube bukanlah sesuatu yang mudah bagi seorang ibu-ibu seperti saya (karena yang mudah itu masak sambil nyuci piring, hehe).
Walau subscriber masih sedikit, tapi seperti ada dorongan yang membuat saya ingin terus membuat konten. Konten vlog saya sederhana, tidak terlepas dengan kegiatan ibu rumah tangga, namun saya sisipi kegiatan saya belajar mengelola sampah rumah tangga. Di sana saya juga sering membagikan life hacks tentang pembersihan dengan bahan alami, seperti eco enzyme.
Saya punya alasan kuat untuk membagikan itu, yaitu karena saya memiliki anak dengan riwayat spektrum autism yang membuat saya introspeksi diri: “Toxin load apa yang tidak sengaja saya masukkan sampai membuatnya terkena ASD? Apakah jangan-jangan salah satu pembersih dengan bahan harsh chemical yang sering saya gunakan dalam pembersihan di rumah?”
Kesimpulan itu yang membuat saya kemudian termotivasi untuk membuat konten pembersihan dengan pembersih ramah lingkungan, salah satunya eco enzyme.
Sudah setahun berjalan memanfaatkan sampah dapur untuk eco enzyme dan kompos, entah kenapa saya merasa semakin berdaya. Padahal kalau dipikir-pikir yang saya pegang itu sampah alias sudah gak digunakan lagi. Tapi justru dari situ saya seperti mendapatkan energi.
Ketika tangan saya mengaduk limbah dapur dan menyulapnya menjadi berkah, getaran positif itu hadir dengan sendirinya. Getaran yang saya sebut sebagai berkah. Getaran yang tidak bisa saya tahan sendirian, saya harus membagikannya dengan teman-teman lain.
Sampah dapur memang kebanyakan sampah organik yang bisa melapuk, namun jika dia berakhir di gunungan TPA, alih-alih hancur, mereka justru menimbulkan aroma busuk dan sumber gas metana yang merusak lapisan ozon.
Dengan memanfaatkan sampah organik itu ada sebongkah rasa tenang yang menghangatkan hati karena saya sudah bertanggung jawab terhadap sampah saya sendiri. Saya pun mulai merasakan keberkahannya yang vibes nya memang tidak bisa ditahan, rasanya jari saya gatal kalau tidak cerita tentang keajaiban eco enzyme dan kompos di media sosial saya.
Akhirnya, stroy-stroy Instagram dan status-status WhatsApp tentang itu saya coba ubah dalam dimensi konten yang berbeda. Benar, vlog. Dan impact-nya ternyata lebih terasa. Sekarang banyak teman yang juga bergerak memanfaatkan limbah rumah tangganya menjadi eco enzyme, si cairan ajaib multifungsi dan kompos, si makanan tinggi nutrisi untuk tanaman.
Tanpa bekerja dengan berseragam kantor atau menjadi ASN, ternyata saya pun bisa punya value dan berdaya, jika mengerahkan potensi diri.
Jika tidak ingin jatuh, teruslah mengayuh. Jika tidak ingin tenggelam, teruslah berenang. Jika tidak ingin terpuruk, teruslah berkarya. Sedikit manuver tidak mengapa.
Daftar Isi [show]
A Mom, A Blogger, A Vlogger
Jika menulis blog bisa saya lakukan dengan mudah via handphone, tapi tidak dengan vlog. Keterbatasan memori adalah kendalanya. Apalagi handphone yang saya pegang kualitas videonya kurang maksimal.
Saya pernah buat vlog 9.38 menit, kalian tau berapa lama waktu yang saya habiskan dari filming sampai editing? 8 hari! 3 hari take video dan 5 hari editing. Hahaha….
Kalau begini bagaimana bisa konsisten ngevlog? Yang ada capek sendiri. Ckckckck….
Tapi saya anggap itu pelajaran berharga, banyak yang harus diperbaiki, dari gadget sampai skill. Maklum, waktu itu belum genap 2 bulan memulai vlogging.
Alhamdulillah awal tahun tadi pak suami membelikan saya sebuah mirrorless. Senang sekali walau hanya second tapi berfungsi dengan baik. Masalah filming pun selesai, tinggal saya sambil jalan sambil improve skill.
Tantangan selanjutnya tinggal perangkat mengedit. Di rumah memang ada laptop dan PC. Laptop yang dibeli suami 4 tahun lalu sudah pasti “penuh” sekarang. Jangankan untuk editing, dari menekan tombol ON sampai membuka dasbor blog saja memakan waktu 2 3 menit.
Akhirnya PC lah tempat saya mengadu, eh, mengedit. Tapi dia pun sering berbunyi “ngek-ngok-ngek-ngok” ketika dinyalakan, dimana suara itu bersumber dari stabilizer, membuat konsentrasi terganggu. Berisik sekali.
Apakah saya juga harus upgade perangkat, seperti HP ke mirrorless?
A mom, a blogger, a vlogger. Here is I am
Ngomong-ngomong update perangkat, saya sedang kepincut dengan sebuah laptop yang bisa melakukan edit video.
Adalah ASUS Vivobook Pro 14 OLED, laptop yang bisa membantu saya mengerjakan editing vlog. Hadir dengan ditenagai AMD Ryzen™ 5000 H-Series Mobile Processors yang memiliki full powerful performance core untuk multitasking bahkan video editing. Selain powerful, prosesor ini memberikan daya baterai lebih awet sehingga produktivitas harian semakin maksimal.
Dilengkapi dengan kartu grafis integrasi AMD Radeon™ yang memberikan performa gaming tanpa lag. Produktivitas harian di manapun dan kapanpun jadi maksimal dengan performa prosesor dan kartu grafis dari AMD ini.
Yuk, kita bahas satu-satu spesifikasi dari laptop inceran saya.
Spesifikasi ASUS Vivobook Pro 14 OLED
Tak kenal maka ta’aruf. Jadi kita kenalan dari namanya dulu kali ya sama laptop wishlist saya ini.
ASUS sebagai nama paling depan tentu saja sebagai nama perusahaan pembuat laptopnya. Vivobook Pro adalah nama seri laptop yang dikeluarkan. Sedangkan 14 menunjukkan pada ukuran layar laptop, yaitu 14 inch. Dan OLED sendiri adalah sebuah akronim dari Organic Light Emitting Diode, sebuah layar generasi baru yang menampilkan warna yang lebih kaya sehingga tampak lebih vivid (hidup).
Processor
Di dalam laptop ini tertanam prosesor AMD Ryzen™ H-series Mobile Processors, yang punya karakteristik yang lebih kuat daripada prosesor mobile U series.
Ya, mobile H series punya performa tinggi sampai dengan 8 buah inti atau core yang mampu menjalankan 16 thread sekaligus dengan chace (memori singgahan) yang besar, yaitu 20 MB. Prosesor beperforma tinggi yang biasanya digunakan di laptop gaming tersebut didesain menggunakan arsitektur CPU Zen 3 dengan fabrikasi 7nm.
Spesifikasi yang bisa banget dibawa multitasking.
Dengan begini saya bisa membuka folder video mentahan yang mau diedit, mengimpor video sekaligus menjalankan aplikasi editing video sambil membuka tab YouTube Creator Studio, lalu Canva dan beberapa tab lainnya untuk menyempurnakan proses editing tanpa nge-lag.
Kebayang gak kalau lagi mengerjakan editing vlog berjam-jam dan ternyata pas di akhir proses export tiba-tiba nge-lag dan kembali ke awal? Nyesek e polll, saya pernah donk, sia-sia pekerjaan berjam-jam saya. Duh! Suami bilang karena saya membuka aplikasi terlalu banyak.
Prosesor ini juga memiliki kecepatan dasar di 3.2 GigaHz – 4.4 GigaHz, yaitu frekuensi kecepatan prosesor menerima dan mengolah instruksi. (Jika 1 Hertz artinya 1 gelombang dalam 1 detik. Berarti jika 4.4 GHz berarti ada 4.4 milyar gelombang dalam 1 detik).
Up to
Sangat jauh jika dibandingkan dengan prosesor mobile U series yang hanya memiliki kecepatan dasar di 1.9 GHz.
Layar
Dengan teknologi terbaru, ASUS Vivobook Pro 14 OLED ini punya layar yang sangat mendukung untuk seorang konten kreator. Sebut saja: resolusi 2880 x 1800 pixel (biasanya full HD 1920 x 1080 pixel) yang sudah bisa dipastikan membuat gambar lebih tajam, ditambah 0.2 milisekon response time (kecepatan perubahan warna tiap pixel di layar), 600 nits peak brightness (tingkat kecerahan maksimal layar), dan refresh rate 90Hz, yang artinya layar bisa merefresh gambar 90 kali per detik, membuat gerakan objek semakin mulus.
Panelnya yang menggunakan rasio aspek 16 : 10 membuat lebih banyak konten yang dapat ditampilkan, lebih lega dibandingkan panel layar laptop biasa yang berasio 16 : 9.
Layarnya juga memiliki color gamut 100% pada color space DCI-P3 yang artinya rentang warna yang dapat dihasilkan sampai 100% berdasarkan standar warna DCI-P3 atau 133% berdasarkan standar sRGB (standar warna paling umum). Dan warna yang dihasilkan mencapai hingga 1.07 milyar warna.
Wow…
Kemampuan mereproduksi warna sekaya dan sehidup ini sangat membantu dalam proses mengedit tone video karena mata akan lebih peka lagi terhadap “warna” video yang akan ditonjolkan. Tentu kita betah melihat video yang kontrasnya pas, kecerahannya juga pas plus tone-nya juga perfect. Hasil vlog pun jadi gak membosankan karena semua berada dalam komposisi warna yang serba pas.
Untuk klaim tingkat akurasi warna yang sangat tinggi itu, ASUS juga sudah mengantongi sertifikasi PANTONE Validated Display karena sudah melewati proses akurasi dan kalibrasi warna berdasarkan Pantone Matching System (PMS).
Selain Pantone, laptop ini juga dilengkapi sertifikat dari VESA Certified HDR™ True Black yang membuat warna hitam lebih pekat, benar-benar gelap, dengan kontras rasio hingga 1.000.000 : 1. Bisa dilihat gambar di atas.
So stunning.
Bahkan laptop ini bisa mempertahankan kualitas visualnya meski layar disetting pada tingkat kecerahan yang rendah. Misal, kita mengatur tingkat kecerahan hanya 11%, biasanya kalau layar LCD warnanya juga ikut pudar, tapi di Vivobook Pro 14 OLED kualitas visual tetap seperti saat tingkat kecerahannya 100%.
Kereeeen!!
Wah, apa layar laptop ini jadi sangat tajam warnanya dan bikin pusing?
Faktanya, walau laptop ini mengunggulkan soal tampilan layar, jangan khawatir soal kesehatan mata, karena laptop ini juga dilengkapi dengan teknologi anti-flicker dan low blue-light yang membuat mata tidak cepat panas dan lelah. Selain itu juga sudah lulus sertifikasi dari TÃœV Rheinland dan SGS untuk fitur eye care di laptop ini.
Ngomong-ngomong tentang eye care nya, terdapat pengurangan emisi blue light sebanyak 70% pada ASUS Vivobook Pro 14 OLED jika dibandingkan dengan eksposur layar LCD atau dengan kata lain hanya sekitar 6.5% paparan blue light yang tersisa, dan kerennya lagi, tanpa mengurangi kualitas visual layar -karena sudah divalidasi oleh Perusahaan Pantone.
Teman saya yang anak TI sekaligus youtuber gamer pernah bilang, “Kamu kalo sudah lihat layar OLED pasti gak mau balik ke layar LCD. Saking nyamannya”.
Duh, ini sih benar-benar sesuatu yang saya butuhkan karena saya ingin tetap produktif membuat konten vlog tanpa takut efek kelamaan menatap layar.
Perbandingan emisi blue light pada layar LCD dan ASUS OLED bisa dilihat di bawah.
Ada selisih emisi 15% antara paparan LCD dan OLED, itu artinya secara keseluruhan terdapat pengurangan paparan sebesar 70% dari LCD ke ASUS OLED.
Display canggih seperti ini sudah pasti ini sangat membantu sekali untuk saya yang suka di depan layar mengedit video berjam-jam. Maklum, vlog saya berkonsep voiceless sehingga saya harus menulis caption untuk hampir setiap frame.
Dan tentu saja soal emisi cahaya biru menjadi salah satu pertimbangan saya memilih ASUS Oled, karena over exposure cahaya biru adalah salah satu sumber ketidaknyamanan pada mata, otak, menganggu kualitas tidur. dan jangka panjangnya bisa merusak retina.
Memory - RAM
Laptop ASUS Vivoobook Pro 14 OLED ini juga ditanam RAM DDR4 hingga 16GB dengan dual channel. Sebagai info tambahan, DDR4 bisa bekerja lebih baik daripada generasi sebelumnya karena bisa bekerja dengan menggunakan voltase kecil, sekitar 1.05 – 1.2 volt saja.
Secara teknisnya, dengan kemampuan di voltase rendah berarti data bisa ditransfer lebih cepat tanpa membuat modul RAM cepat panas. Dengan kata lain: lebih efisien dan ramah lingkungan.
Storage - Penyimpanan
Laptop ini menggunakan storage berbasis M.2 NVME (Non-Volatile Memory Express) dengan port PCIe® 3.0 SSD (Solid State Drive) berkapasitas hingga 512GB.
Sebagai informasi tambahan, SSD generasi NVME yang dihubungkan dengan jalur PCIe adalah primadona baru di bidang SSD karena bisa mentransfer data lebih cepat daripada jenis SSD lainnya.
Saat pengujian dilakukan pihak ASUS, kecepatan baca storage yang terpasang pada Vivobook Pro 14 OLED mencapai 3500MB/s, dan kecepatan tulisnya mencapai 3000MB/s. Sehingga semua yang tersimpan di storage akan di-load dengan cepat.
Bagi saya, tentu ini sangat memudahkan dan menyingkat waktu saat impor video dari kartu memori kamera ke aplikasi editing, maupun saat upload konten ke channel saya, karena biasanya soal impor-export video memakan waktu lama.
Graphics
ASUS Vivobook Pro 14 OLED terintegrasi dengan AMD Radeon™ Graphics yang sangat cocok untuk kebutuhan multimedia. Saya pun penasaran kenapa ASUS menggandeng AMD Radeon™. Setelah saya baca-baca, kartu grafik Radeon punya fitur yang namanya UVD (Unified Video Decoder) yang membuat perangkat mampu menampilkan video beresolusi tinggi.
Dengan kata lain, graphics yang dibawa sangat cocok bekerja pada laptop dengan layar OLED milik ASUS ini, membuat konten kreator dan vlogger sangat terbantu dengan kualitas visual yang tinggi.
Baterai
Dilengkapi dengan baterai Lithium-ion 3-cell berkapasitas 50Whrs, Vivobook Pro 14 OLED ini sanggup bertahan 8 jam lebih. Proses dari awal impor video ke aplikasi sampai export video final sanggup tanpa men-charge baterai.
Touchpad dan Keyboard
Touchpad laptop ASUS seri ini dirancang lebih luas serta punya backlit keyboard (keyboard yang dilengkapi lampu latar yang akan menyala di ruangan gelap). Cocok sekali dengan kebiasaan saya mengedit video pada dini hari. Saya bisa pewe mengerjakannya di meja kerja saya yang ada di kamar tidur tanpa perlu menyalakan lampu.
Oh ya, keyboard nya dirancang ergonomis dan travel key distance nya 1.35mm, mengetik jadi lebih mudah karena tidak perlu menekan tuts terlalu dalam untuk melakukan input. Juga bisa menghemat tenaga dan waktu karena hanya perlu sentuhan kecil.
Lagi-lagi ini menjadi penting mengingat konsep channel saya yang silent vlog membuat saya harus berteman dengan tuts. Tentu saja soal keyboard ini jadi pertimbangan saya.
Karena selama ini saya menulis caption untuk vlog saya di keyboard PC yang key travel nya tinggi dan keras. Ampun banget deh, sudah lambat, bikin sering typo juga. Itu juga yang akhirnya bikin produktivitas menurun karena males ngetik duluan karena perangkat tidak mendukung.
Jadi, keyboard pun penting sekali peranannya di sini untuk membuat pekerjaan berat jadi lebih ringan dikerjakan.
Sekuritas
Mengaktifkan laptop sekarang tidak ribet lagi menuliskan kata sandi yang panjang. ASUS Vivobook pro 14 OLED dilindungi oleh sensor sidik jari yang membuat akses ke laptop hanya dengan sekali sentuhan pada tombol power.
Selain itu, kamera web juga dilengkapi dengan shield yang bisa digeser untuk menutup dan membuka kamera, membuat privasi lebih terjaga dan melindungi dari kejahatan siber.
Audio, Kamera, Thermal, Body
Selain piranti canggih yang saya sebutkan di atas, Vivobook Pro 14 OLED juga dibekali sistem audio spesial dengan teknologi kecerdasan buatan Noise Canceling.
Apa fungsinya?
Teknologi itu bisa meredam suara bising sehingga kita bisa melakukan online meeting walau banyak “backsound-bakcsound” mengiringi (emak-emak can relate). Selain itu audio nya juga sudah bersertifikat Harman/Kardon Audio Certified.
Kamera yang disertakan adalah HD camera 720p dengan privacy shutter yang sudah dijelaskan di atas.
Karena panas adalah musuh bagi laptop, apalagi laptop be-performa tinggi, maka ASUS membekali Vivobook Pro 14 OLED sebuah sistem pendingin berkipas ganda dengan teknologi IceCool Plus yang membuat laptop tetap dingin walau kerja bagai quda, maksud saya kerja maksimal dengan high perform.
Dengan spesifikasi secanggih dan selengkap itu, apakah laptop nya juga ikut-ikutan berat dibawa?
Ternyata beratnya hanya 1.4 kg dengan dimensi panjang 31.58 x lebar 22.63 x tebal 1.89 ~ 1.92 cm.
Ringan banget coba! Ternyata body nya terbuat dari aluminium, kokoh namun tetap ringan dibawa.
Konektivitas
Vivobook Pro 14 OLED ini dibekali juga dengan WiFi 6 (802.11ax) dual band dengan jaringan super cepat untuk transfer file besar lebih cepat, bahkan bisa lebih cepat 3x dari WiFi 5. Dengan konektivitas ini akan mudah mengupload konten ke media sosial walaupun berukuran ratusan MB.
Selain itu juga ada tambahan Bluetooth 5.
Laptop ini juga menyediakan USB 3.2 gen 2 Type-A dan port USB 2.0, port HDMI, dan MicroSD Card reader yang membuat transfer data dari perangkat luar jadi lebih mudah.
Tentang ASUS
ASUS, siapa sih yang gak kenal brand ini? Yap, ASUS adalah perusahaan multinasional sekaligus produsen motherboard, PC, monitor, kartu grafis, dan router terbaik di dunia dengan visi sebagai perusahaan teknologi terdepan dan paling inovatif di dunia.
Dengan karyawan yang juga tersebar di seluruh dunia, ASUS memimpin industri teknologi melalui desain serta inovasi canggih untuk menghasilkan perangkat cerdas terbaik yang dapat dinikmati oleh semua penggunanya.
Sebagai bukti dari komitmen terhadap inovasi, desain dan kualitas, perusahaan yang resmi berdiri sejak 1990 ini telah mengantongi 61.520 penghargaan dari organisasi dan media TI dari seluruh dunia.Wow, speechless…
Dari hasil survei Top Brand yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group pada konsumen laptop di 11 kota besar, ASUS meraih 27.9% untuk Top Brand Index dan menempati posisi paling atas brand laptop Indonesia.
Dan untuk tahun ini ASUS meraih Top of Mind untuk kategori laptop di Indonesia dari Top Brand Award di tahun 2022.
Kesimpulan
Apa yang bisa disimpulkan dari tulisan ini?
Untuk kebutuhan saya sebagai seorang blogger dan juga vlogger, ASUS Vivobook Pro 14 OLED adalah laptop yang bisa jadi bestie yang kemanapun bisa dibawa karena body ringan, tampilan mewah namun stylish, dibekali sekuritas tinggi, tapi support banget buat kerjaan karena performa tingginya dari segi prosesor yang ditenagai AMD Ryzen 7 5000 H-Series Mobile dan grafik dari AMD Radeon Graphics serta layar OLED bersertifikasi dari Pantone hingga SGS. Spesifikasi super lengkap untuk mendukung saya melawan limit dan bekreasi lebih vivid (hidup).
Referensi:
1. https://kumparan.com/how-to-tekno/amd-radeon-graphics-setara-dengan-apa-1xn6GeL8X3Z/full
2. https://www.asus.com/id/Laptops/For-Home/Vivobook/Vivobook-Pro-14-OLED-M3400/
3. https://www.gadgetsquad.id/news/laptop-asus-raih-penghargaan-top-brand-award-2021-sebagai-laptop-pilihan-favorit/
4. Press Release ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
Seluruh gambar diambil dari Google Drive yang disediakan ASUS, website ASUS dan Canva Pro (bebas copyright)
0 komentar