Green Ramadan untuk Team Up For Impact, Tangguk Kebaikan Berlipat Ganda untuk Bumi - Bismillah...
Ramadan Mubarok everyone!
Alhamdulillah, masih diberi kesempatan hidup oleh Sang Khalik di bulan Ramadan kali ini. Kenapa? Karena telah dikabarkan lewat lisan Rasulullah bahwa setiap kebaikan apapun yang dilakukan selama bulan Ramadan akan dilipat gandakan balasannya. Maka, tidak salah kemudian jika banyak ulama yang mengatakan bahwa Ramadan adalah saat yang tepat melatih diri kita untuk terbiasa melakukan amalan shalih dan kebaikan lainnya. Termasuk menjaga bumi, seperti yang dititah langsung dari Pencipta Alam Semesta.
"“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al A'raf: 56)
Jadi, seharusnya sebagai muslim kita memperhatikan apa-apa yang kita lakukan yang kemungkinan berdampak buruk bagi lingkungan. Terlebih pada faktanya, bumi sudah berada di ambang krisis karena laju perubahan iklim yang berjalan cepat. Bukankah sekarang kita sering menjumpai cuaca ekstrem, menghadapi musim yang tidak lagi bisa diprediksi, bencana hidrometerologi yang semakin sering terjadi, dan berita gagal panen yang semakin sering didengar, entah karena banjir, kekeringan atau serangan hama? Yap, kita sudah berada di lingkaran climate change, teman. Sungguh bukan berita yang bagus.
Sejak mengkhawatirkan itu, aku yang punya bakat anxiety ini jadi semakin banyak pikiran tentang bumi masa depan. Bagaimana anak cucuku bisa hidup dengan baik? Bagaimana mereka akan bertahan dengan krisis iklim yang semakin parah? Bagaimana mereka menghadapi bencana-bencana alam di masa depan yang diakibatkan ulah kakek nenek mereka di masa lampau (baca: orang dewasa zaman sekarang). Pikiran-pikiran itu bikin aku lelah sendiri.
Tapi, bukankah itu harus dilawan? Karena hidup dalam kecemasan-kecemasan itu tidak menyenangkan. Maka, yang harus dilakukan adalah mengambil langkah nyata. Sejak sadar akan hal itu, aku berusaha untuk melakukan apa saja, bahkan hal kecil sekalipun, untuk bisa menyelamatkan bumi. Setidaknya aku bisa mencontohkan ke anak-anak bagaimana merawat lingkungan untuk menepis rasa cemas berlebih itu. Jadi, jika kalian sama denganku, punya climate anxiety atau kecemasan akan perubahan dan krisis iklim yang sedang dan akan terjadi, maka penawarnya adalah melawan axiety itu dengan action.
Memilah Sampah
Memilah sampah adalah kegiatan membedakan sampah berdasarkan kategorinya. Jadi, ada kategori tempat sampah untuk; kertas dan kardus, sampah botol kaca, sampah botol plastik, kemasan plastik, kaleng, dan juga sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) seperti baterai, oli bekas dan elektronik rusak).
Memilah sampah terkesan sepele, tapi dampaknya besar. Sampah yang tercampur antara sampah kering dan basah akan merusak semuanya. Terutama sampah yang bisa didaur ulang, karena sampah daur ulang jika basah dan kotor maka akan sulit dan bahkan tidak bisa lagi didaur ulang.
Di rumah aku memanfaatkan lemari baju (drawer) kami yang sudah usang dan tidak terpakai. Karena lacinya ada lima buah, jadi saya manfaatkan itu untuk membuat lima kategori tempat sampah yang dikumpukan untuk diserahkan ke bank sampah.
Mengolah Sampah Organik
Dua tahun belajar mengolah sampah organik sendiri membuat saya lebih plong. Apalagi sejak tahu fakta soal kebakaran dan longsor di TPA Leuwigajah. Insiden itu terjadi karena akumulasi gas metana yang dihasilkan oleh sampah organik yang tidak terurai dengan baik.
Mengolah sampah organik sendiri, selain tidak mendzolimi lingkungan, ternyata ada berkah yang kita tangguk. Kompos dan eco enzyme, misalnya. Dari dua bentuk kegiatan pengolahan sampah organik itu saya bisa menghasilkan pupuk yang kaya akan organisme pembenah tanah dan memperkaya unsur hara di sekitaran halaman rumah dari kompos yang saya dapatkan. Selain itu juga, saya bisa menghasilkan cairan pembersih ajaib serbaguna dari eco enzyme, yang bisa membersihkan minyak pada peralatan dapur sekaligus mencuci pakaian putih dan berwarna bahkan dengan menjaga warnanya tetap bagus.
Saya sudah sering membahas ini di tulisan saya ataupun di Instagram saya. Luar biasa saya katakan berkali-kali. Di satu sisi kita sudah berhasil mencegah sampah makanan berpulang ke TPA, di sisi lain kita mendapatkan cairan menakjubkan ini untuk membantu kita sehari-hari. Bahkan bakteri baik yang dihasilkannya juga membawa kebaikan eco enzyme jadi lebih banyak lagi. Berkah.
Substitusi dengan Barang Sustainable
Sebagai generasi yang hidup di zaman modern dan menuntut mobilitas tinggi, kita terbiasa untuk hidup praktis, menggeser cara old people. Sayangnya, banyak yang praktis-praktis itu memakai bahan yang tidak ramah lingkungan -dan bahkan seringnya juga tidak ramah kesehatan. Sebut saja, kantong plastik yang menggantikan daun pisang atau besek, tissu yang menggantikan lap serbet, air minum kemasan yang menggantikan air minum rumahan, dan bumbu instan kemasan yang menggantikan bumbu racik ulekan (sampah plastik makin banyak, hiks). What else?
Karena aware soal sampah plastik itulah yang membuat saya bertekad untuk selalu memakai tas kain dan container makanan saat belanja ke warung selama tiga tahun terakhir (walau itu terbilang telat sekali dibanding teman-teman lainnya). Memang di kota saya, green campaign tidak sehingar-bingar di kota lain, terutama di Pulau Jawa. Bahkan saat memulainya tiga tahun lalu, saya merasa sedikit terintimadasi dengan sikap penjual. Mungkin mereka gak bermaksud ya, tapi itu lebih ke reaksi spontan karena mendapati pembeli yang tidak wajar seperti saya. Saya menolak sayuran dibungkus kantong plastik, membawa wadah untuk menaruh cabe, tomat, dan protein hewani dan terlihat menyusun wadah-wadah itu di dalam tas kain saya. Mungkin terlihat ribet, tapi lama-lama menyenangkan dan yang lebih penting saya merasa lega karena tidak harus membuang sampah plastik bekas bungkusan ikan-ikanan.
Bahkan untuk warung sayur yang di dekat rumah saya, saya tinggal bawa wadah dan meletakkan bahan-bahan yang saya beli tanpa bawa tas kain lagi. Sudah tidak terlalu peduli dengan orang-orang yang memandang. Bahkan saya merasa ini bisa jadi ajang kampanye hijau terselubung. Kita bisa koq tanpa kantong plastik.
Mendukung Green UMKM
Sebagai orang yang tinggal di daerah lahan gambut, pengetahuan saya soal lahan gambut masih terbatas. Sampai akhirnya saya bertemu dengan owner salah satu UMKM hijau di kota saya, yang mengutarakan keinginannya untuk mengangkat potensi daerah Kalteng yang bersimbiosis dengan masyarakat adatnya. Salah satunya adalah sedotan purun dan bawang dayak. Dari sana kemudian saya mulai terbuka dengan potensi SDA yang dimiliki provinsi dengan 4 juta hektar lahan gambut ini.
Sedotan purun yang ingin diangkat ini adalah sedotan yang diambil dari tanaman purun, tanaman khas lahan gambut. Tanaman purun ini punya karakteristik batang tinggi rambing seperti batang bambu muda, berongga, dan hidup di lahan gambut yang terendam air sepanjang waktu.
Tanaman purun ini biasa dimanfaatkan penduduk lokal untuk kerajinan anyaman purun. Produknya biasanya berupa; tas purun, topi purun, tikar purun, pot purun, dan semacamnya. Namun, untuk sampai ke produk jadi diperlukan waktu yang lama dan feedback yang didapat tidak sebanding dengan usaha mereka. Lalu, sebuah organisasi Ikatan Alumni Sekolah Kehutanan Menengah Atas (IKA SKMA) Kalteng punya inisiatif untuk membuat diversifikasi produk purun yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat luas. Ya, sedotan purun.
Kenapa perlu diversifikasi produk purun?
1. Purun merupakan tanaman gambut sejenis rumput liar yang mudah sekali tumbuh. Purun menjaga ekosistem gambut yang merupakan tempat karbon bumi terbesar bersemayam, sehingga purun juga harus dijaga kelestariannya.
2. Saat musim kemarau, air gambut menyusut, purun menjadi kering. Batang dan daun purun yang mengering sangat mudah terbakar di musim kemarau dan menjadi penyulut kebakaran lahan gambut (salah satunya saat karhutla 2015 dan 2019 lalu di Kalteng). Jika purun yang terbakar berada di tengah-tengah lahan gambut, akan sangat sulit dipadamkan karena tidak ada akses ke sana, kecuali helikopter, namun bom air helikopter juga tidak bisa memadamkan 100%.
3. Purun sangat mudah tumbuh, sehingga selalu tumbuh lagi setiap dibabat, sehingga produk jadi berbahan purun urgen untuk dikembangkan. Kerajinan anyaman purun sekarang mulai dilirik seiring dengan lifestyle properti yang ke arah earth tone interior.
4. Selain itu, perlu inovasi lainnya, salah satunya sedotan purun yang menjadi solusi alternatif pengganti sedotan plastik, kertas, kaca dan semisalnya. Karena tanaman purun yang dimodifikasi menjadi sedotan tidak mengalami banyak proses perubahan bentuk sehingga jejak karbon saat produksi juga minim. Pun, jika sudah dipakai sedotannya bisa langsung dibuang ke kompos, ditanam di tanah atau masukkan ke lubang biopori dan akan terurai menjadi tanah.
5. Diversifikasi produk purun akan membuat kesan bahwa purun adalah tumbuhan gambut yang bernilai ekonomi, alih-alih cuma rumput liar tidak berguna. Sehingga akan membantu lahan gambut tetap dibiarkan seperti itu adanya, tidak ada alasan untuk mengalih fungsikan menjadi lahan perkebunan, perumahan, pertambangan, dan semisal.
Beberapa hari lalu saya membuat video tentang kunjungan ke rumah produksi sedotan purun di kotaku. Awalnya semangat tapi lebih banyak penasarannya. Tapi setelah mengamati langsung produksinya dan ngobrol dengan ownernya saya jadi lebih lebih bersemangat lagi membagikan informasi ini ke teman-teman online. Sayangnya belum bisa terjangkau marketplace, jadi teman-teman di Jawa banyak yang gigit jari. Tapi semoga bisa meluas ke dalam kota dulu ya.
Alhamdulillah, Ramadan kali ini benar-benar berkesan. Semenjak saya berazzam 3 tahun lalu ingin melewati Ramadan dengan sesuatu yang lebih baik daripada Ramadan sebelumnya, saya dipertemukan dengan hal-hal yang membuat saya lebih memperhatikan bumi yang saya tinggali ini. Yuk, kita masih punya waktu untuk menyelamatkan bumi yang sedang mengalami perubahan iklim ini dengan melakukan hal-hal kecil seperti yang saya lakukan, tapi jika dikerjakan secara kolektif dan saling membangun kesadaran maka impact nya akan berasa. Insya Allah. Kalian mau turut serta menjaga bumi? Ikut challenge-nya di sini yuk! :)
0 komentar