Puasa Pertama Hanzo - Bismillah...
Banyak sekali kemajuan yang dialami dalam setahun terakhir ini. Tepatnya setelah masuk TK. Yang tadinya speech delay (ada ASD) dan artikulasi bermasalah (SSD), sekarang sudah lancar, jelas, dan bawel. Huhuhu. Seneng banget Ya Allah. Selain itu, perkembangan yang pesat juga terjadi pada kemampuan kognitif-nya, salah satunya sudah bisa baca tulis, sudah bisa diajak main yang menuntut aturan main, seperti ular tangga, uno, dan dakoan. Menurut orang mungkin ini biasa aja. Tapi bagi kami tentu sebuah kebahagiaan beruntun yang dinantikan.
Karena melihat perkembangan yang pesat inilah, tahun ini juga kami memutuskan untukmulai mengajarinya puasa, tepat di umur 6.5 tahun. Walaupun sebenarnya sudah sejak 2 tahun lalu, neneknya menyuruh, tapi aku sebagai ibunya rasanya belum yakin. Bukankah kami orangtuanya yang paling tahu kondisinya? Aku juga tidak mau mengajari Hanzo hanya untuk membanggakan diri bahwa Hanzo sudah bisa puasa.
Jujurly, aku masih bingung alias meraba-raba bagaimana cara memulainya. Yang aku lakukan hanya sounding beberapa pekan sebelumnya. Entah dia menangkap maksudnya atau tidak. Sampai hari pertama puasa pun tiba. Masalah pertama adalah mengenalkan sahur. Hari pertama dan kedua tidak mau bangun sama sekali. Hari ketiga sudah mulai mau bangun, walau dengan malas-malasan. Lalu hari keempat dan seterusnya mulai terbiasa dan tidak menjadi masalah lagi.
Yang menjadi masalah kemudian adalah belum kuatnya konsep puasa di benak Hanzo, tentang tidak boleh makan dan minum walau sedikit, dimulai dari adzan subuh sampai adzan magrib. Apalagi dia tetap masuk sekolah dengan cuaca yang 80% panas membara karena pemanasan global. Yang terjadi adalah dia sering gak sadar minum. Ya udah, aku langsung bilang "Hanzo minum? Ya udah batal ya."
Aku dan suami memang memutuskan untuk gak mengajarkan konsep puasa setengah hari, yang kalau pecah di tengah boleh lanjut sampai magrib kek aku dulu kecil, huahahaha. Maaf ya Hanzo, emakmu memang sok keras, sok yes banget T_T.
Aku cuma mau menghindari miskonsepsi tentang puasa sejak dini. Agar Hanzo tahu kalau makan dan minum di siang hari, atau kapanpun sebelum adzan magrib itu berarti puasanya batal, mau diterusin puasanya setelah batal yo ndak bisa. Konsekuensi. Kalau mau lanjut puasa, besok aja, sekalian latihan nambah jam puasa.
Tentu aku gak menyalahkan orangtua yang berlaku sebaliknya. Aku cuma berusaha mengamalkan apa yang aku dengar dari Ust Khalid Basalamah. Kalau memang anak gak mampu menahan sampai magrib dan ingin batal, ya sudah batal saja, gak apa-apa. Nanti dengan tempo berjenjang, anak bisa menambah kekuatan jam puasanya
Tapi memang puasa tahun ini adalah pengalaman pertama Hanzo. Aku sudah seharusnya gak mematok target atau memasang ekspektasi tinggi hanya karena mendengar cerita hebatnya anaknya teman yang kuat puasa full satu hari dalam sebulan sejak usia TK. Tapi gak bisa bohong juga, kalau aku sempat beberapa kali kecewa karena kecolongan. Hiks. Maafin umi ya Dek T_T. Bagaimanapun juga ini adalah puasa pertama Hanzo.
Sebenarnya kalau mau berlapang dada, harusnya aku bisa lebih banyak mengucap syukur. Walau totalnya gak lebih dari 10 hari puasa, Hanzo tetap mau diajak puasa, mau makan sahur bersama, mau tarawih berjamaah, mau belajar mengaji sama umi, mau tetap berangkat sekolah walau hari sebelumnya teler karena panas banget. Huhuhu. Makasih ya Dedek, sudah berusaha. Maafkan umi yang susah bersyukur ini ya.
Semoga Allah SWT berkenan menjagamu sampai kapanpun. Aamiin.
0 komentar