Kalau ngomongin soal buku, memoriku selalu melesat ke tahun 90-an. Aku yang masih SD saat itu sedang senang-senangnya membaca. Tapi sayangnya waktu itu hanya buku pelajaran yang dibolehkan. Selain itu ya dilarang, apalagi cerita novel romantis. Maklum masih bocah. Tapi untuk yang lainnya, masa gak boleh juga? Nope. Tetap gak boleh.
Tapi untungnya, aku punya teman yang menyewakan buku-buku bacaannya. Aku biasa nyewa komik Doraemon, Conan, Bobo. Terkadang juga pinjam novel remaja (Lupus) dari tetangga SMA. Beberapa kali juga pernah meminjam di perpustakaan keliling yang mampir di sekolah. Biasanya genre ensiklopedia. Wih, udah berasa jadi penjelajah bumi aja akutuh. Hihihi.
Jadi walaupun gak bisa beli aku tetap bisa baca buku.
Tapi lucunya, untuk menghabiskan buku-buku itu aku harus kucing-kucingan dengan Bapak. Aku hanya bisa baca saat Bapak masih kerja. Aku ingat, dulu setiap mau tidur, yang mana lullaby-ku adalah buku-buku cerita itu, tapi terpaksa harus aku lapis dengan buku pelajaran di luarnya. Jadi kalau Bapak menengok ke kamar, aman. Bahkan jangan-jangan beliau akan bergumam "Oh, anakku rajin sekali belajar, sampai mau tidur saja masih baca buku pelajaran." Padahal aslinya baca komik Conan *sungkem bapak.
Sebenarnya aku memahami alasan Bapak membatasi bacaanku. Bapak khawatir anaknya jadi malas belajar karena terlena dengan buku bacaan lain. Bagi Bapak, anaknya harus berprestasi di kelas agar punya kehidupan yang lebih baik dari Bapak (pinter sekolah = gampang dapat kerja). Ya, aku sangat paham sikap Bapak itu.
Tapi kalian jelas tahu, ini hanyalah soal perspektif saja. Baca komik, novel, dan buku cerita lainnya itu tidak ada yang buruk. Justru semakin banyak bacaan, semakin luas wawasan. Prestasi di sekolah pun tidak melulu berbanding lurus dengan jaminan masa depan.
Dan sekarang, ketika jadi orangtua, alih-alih menyuruh anak belajar dan hanya membaca buku pelajaran, aku justru membelikan mereka buku-buku cerita untuk refreshing dari full day school mereka. Kami selalu berusaha mengalokasikan dana untuk membeli buku, di luar buku sekolah.
Manfaat Membaca Novel
Ketika dulu anak sulung genap berumur 2 tahun, kami memberi buku bacaan hard cover sebagai bingkisan ulang tahunnya. Dari sanalah kemudian dia mulai tertarik dengan buku. Saat umurnya 7 tahun, perlahan bacaannya mulai naik level. Ya, dia melirik sebaris novel yang aku kumpulkan sejak lahiran anak kedua.
Siapa sangka ternyata dia yang baru kelas 1 SD saat itu mampu mencerna novel sekelas sains fiksi. Setahun kemudian 11 judul habis dilahapnya. Masya Allah.
Belajar sudut pandang yang berbeda
Selain novel sains fiksi, aku juga mengoleksi beberapa cerita novel romantis. Secara umum aku memang punya berbagai genre novel. Kenapa? Karena aku bisa belajar banyak hal dari sana. Sudut pandang yang dulu sempit menjadi luas dan terang benderang.
Ketika kita menghabiskan satu novel, artinya kita telah menyelesaikan satu konflik -atau bahkan lebih- yang disuguhkan penulis. Jika anti-klimaks yang ditawarkan lebih bagus dari apa yang dibenak kita, artinya kita telah membuka kesempatan memperbaiki sudut pandang kita. Tapi sering pula kita no clue tentang solusi yang akan disajikan. Just let it flow, hanya menikmati alur dan konfliknya. Tetap saja secara tidak langsung akan membawa pengaruh bagi mindset kita.
Ini juga terjadi pada sulung kami yang keranjingan novel sains fiksi. Awalnya dia merasa aneh dengan pengembaraan dunia antar klan yang menjadi latar penulisan novel favoritnya. Tapi lama-lama dia pun menikmatinya dengan mengubah sudut pandangnya.
Meningkatkan rasa percaya diri
Walaupun hobi baca sejak kecil, tapi aku -dengan sejarahku seperti itu- tidak punya koleksi buku. Antara aneh dan gak aneh. Pertama kali mengoleksi novel justru ketika usia tidak lagi muda, 26 tahun dan baru lahiran anak kedua.
Aku mau cerita sedikit. Saat itu aku yang sedang berjuang menghadapi baby blues yang berlanjut depresi post partum dan hidup bak katak dalam tempurung. Tidak punya dunia selain apa yang ada di rumah. Suntuk, sumpek, sesak. Bukannya aku tidak bersyukur. Tapi memang ibu paska melahirkan hormonnya pasti naik turun dan didera keletihan yang luar biasa. Sayangnya pada kondisiku berlanjut ke hal yang lebih parah.
Setelah setahun hanya berkutat pada diri sendiri yang tidak kunjung waras, aku memutuskan untuk membeli novel. Tentang Kamu dan Rindu, adalah salah dua yang sangat membekas di kepalaku. Dua novel tentang romantisme hidup dari dua orang perempuan hebat yang bertahan hidup di lingkungan yang tidak mudah.
Lalu aku merenung, membandingkan kondisi diriku yang masih lebih beruntung dari mereka. Tapi kenapa mereka bisa sehebat itu?
Hei!
Iya, tau, cuma fiksi kan, hehe. Entahlah, walaupun hanya tokoh fiksi, hikmah dari novel itu begitu dalam. Seakan ingin menampar. Sejak itu aku mulai menanggalkan kelelahan jiwa post partum. Biidznillah, bisa perlahan.
Kalian tau rasanya lepas dari beban, kan? Kita jadi lebih mudah mengekspresikan perasaan kita. Puncaknya kita merasa jauh lebih percaya diri karena merasa diri kita ternyata berharga, bukan lagi remahan debu kosmik.
Dan ini lagi-lagi juga dialami oleh sulungku, walaupun berbeda konteksnya. Sejak setahun belakangan sekolah normal lagi, dia beberapa kali didapuk untuk ikut lomba mendongeng dan da'i cilik mewakili sekolahnya. Jenis lomba yang membutuhkan nyali besar. Tapi sepertinya dia punya kepercayaan diri yang lebih hingga tidak masalah tampil di depan orang banyak. Masya Allah tabarakallah.
Meningkatkan imajinasi
Kalimat yang terangkai sebagai sebuah cerita dalam novel ketika kita baca, mau tidak mau akan diterjemahkan otak sebagai gambaran visual. Sehingga saat membaca otak kita aktif memvisualisasikan cerita. Scene demi scene dibuat oleh otak, lengkap dengan latar tempat, waktu dan penggambaran karakternya. Ya, membaca novel bisa menghidupkan otak kita dengan imajinasi.
Bahkan penelitian menyebutkan bahwa membaca novel bisa mengurangi potensi alzheimer dan 32% nya punya daya ingat yang lebih kuat.
Baca Novel Digital Gratis di GoodDreamer
Sekarang sudah masuk era digital, novel pun mulai beralih ke non-fisik, novel digital. Satu lagi kabar gembira untuk pecinta novel bahwa ada aplikasi baca novel gratis yang dikembangkan oleh anak bangsa. Yap, GoodDreamer. Aplikasi yang dibuat tahun 2022 ini sekarang menyuguhkan 1000 lebih judul novel dari 20 sub genre dari para penulis lokal. Beberapa kategori yang tersedia adalah; cerita novel romantis, misteri, horor, keluarga, sains fiksi, sastra, drama action, keluarga, religi, fiksi remaja, komedi.
Kalian bisa baca mengakses lewat situs GoodDreamer maupun aplikasi di smartphone. Aplikasinya juga ada fitur search dan genre yang bisa dipilih. Atau kalau kalain sudah punya penulis favorit, kalian bisa langsung cari di fitur Penulis. Gampang, kan?
Kalau kalian tertarik, coba kunjungi https://gooddreamer.id/novel_romantis atau bisa juga langsung download aplikasinya. Selamat menikmati baca novel dimanapun, kapanpun!
0 komentar