Pengalaman Makan Strawberry Impor - Bismillah....
Untuk kota yang enggak terlalu ngota seperti di Palangkaraya, buah strawberry impor termasuk yang susah ditemui. Di supermarket cuma jual yang lokal dan mungil pula. Biasanya kalo lagi pengen bikin selai strawberry aku beli buahnya. Aku gak terlalu suka selai yang dijual di minimarket karena kemanisan banget. Eneg karena dominan gula daripada buahnya. Akutu mau bikin selai yang kayak di Mekkah. Kata suamiku di sana selai buahnya krutulan alias selainya beneran pakai buah, buahnya dominan. Hmmm, aku ngiler jadinya. Kapan kita ke Mekkah? *eh *aamiin
Jadi aku sebenarnya sudah lama mengidam-idamkan makan buah ini yang versi impornya. Kenapa? Versi lokal kan ada? Ya ada koq. Kadang-kadang beli yang 250 gram 20rb di-pack di mika. Tapi koq kayaknya tetap pengen ngerasain yang impor ya? Ya karena ini salah satu buah favorit dan tentu saja karena bentuknya yang lebih menggiurkan. Besar-besar.
Dan bukan kebetulan, buah ini juga ditawarkan PO sama salah satu friendlist ku di FB. Jadi coba aja kali ya.
Setelah menunggu 5 harian, akhirnya buah yang ditunggu-tunggu pun datang. Harganya Rp 70.000 untuk berat 250 gram. 3.5x lebih mahal ya. Wkwkwk. Tapi masih lebih murah dibanding strawberry Korea. Yang aku beli ini impor Australia.
Satu pak 250 gram isi 8 buah. Berarti berat 1 buah kurang lebih 30 gram. Bentuknya besar menggoda. Cantik banget! Aromanya asam sedikit manis menguar dari dalam kemasan. Setelah sampai rumah aku rendam dengan eco enzyme untuk mengurangi pestisidanya. Bisa juga pakai baking soda atau cuka ataupun garam laut.
Trus rasanya gimana?
Secara tekstur ini lebih kres dibanding versi lokal yang biasa aku beli. Segar. Enak!
Kalau secara rasa sama aja sih. Si impor ini ternyata juga sama kecutnya ya sama yang lokal. tapi kata suami ada manisnya duikiiiit. Aku sih enggak notice, huhuhu.
Tapi aku suka sih karena kres-nya itu. Maklum ya, versi lokal yang aku beli sudah kurang besar, kurang segar pula. Jadi yang ada cuma kecut layu yang mana bikin tambah kecut aja menurutku. Ya mungkin itu sudah sortiran, nasib grade C.
Tapi, yang bikin happy ternyata anak-anak suka banget. Mungkin kebantu sama visualnya juga ya. Beneran menggoda untuk dimakan. Dan takjubnya, suami yang enggak suka asam pun sama strawberry ini suka. Hohoho.
Repurchase?
Hmmmm, kayaknya sih enggak ya. Karena niatnya aku beli cuma buat ngicip-ngicip doank sebenarnya. Sekedar tahu aja gimana rasanya. Bahkan kalau rasanya manis pun sepertinya aku juga akan repurchase. Kenapa? Karena aku pengen nyoba yang versi Korea lagi mahallll. Wkwkwk. Ditambah aku juga merasa berdosa kalau sering-sering konsumsi buah impor karena jejak karbonnya yang tinggi. Hiks
Baca juga: Ada Jejak Karbon di Piring
Fun Fact
Oya, kalian tau gak, ternyata walaupun namanya straw-berry, tapi buah ini bukan dari keluarga berry-berryan. Justru buah ini termasuk saudaranya rose family alias bunga mawar. Mind blowing gak tuh?
Kalau kalian gimana? Suka sama buah satu ini? Aku berharap suatu hari bisa makan strawberry Ciwidey yang besar-besar itu. Tetap ya, local pride!
0 komentar